" Bom Marriott, Lagi "
Sabtu, 18 Juli 2009 01:29 WIBPosting by : warso
Setiap kali bom teror meledak, muncul berbagai spekulasi tentang pelaku, motif, dan korban. Yang paling menarik bagi publik memang pelaku dan motifnya. Dalam konteks bom Marriot (II) dan Ritz Carlton, ada sejumlah spekulasi teori yang dianggap masuk akal, dan semuanya masuk akal. Spekulasi ini dapat dibangun berdasarkan pola kejadian dan konteks lingkungan strategis.
Setiap kali bom teror meledak, muncul berbagai spekulasi tentang pelaku, motif, dan korban. Yang paling menarik bagi publik memang pelaku dan motifnya. Dalam konteks bom Marriot (II) dan Ritz Carlton, ada sejumlah spekulasi teori yang dianggap masuk akal, dan semuanya masuk akal. Spekulasi ini dapat dibangun berdasarkan pola kejadian dan konteks lingkungan strategis.
Pertama, pola kejadian, yang dibangun berdasarkan fakta-fakta di lapangan. Fakta pertama, dalam rangkaian teror bom selama ini, tidak pernah ada sasaran yang dibom dua kali. Baru Hotel JW Marriot ini yang dijadikan sasaran dua kali. Fakta kedua, selama ini teror bom selalu terjadi di depan sasaran, seperti halaman depan, pintu gerbang, atau paling jauh lobi hotel. Bom Marriot (II) dan Ritz Carlton terjadi di dalam, dan pelakunya mem-book kamar.
Fakta ketiga, bom yang dapat dirakit di dalam kamar hotel berarti bukan jenis handak berskala rendah (low explosive). Selama ini, kebanyakan bom menggunakan low explosive dengan booster (penguat daya ledak) yang terdiri dari high explosive seperti TNT dan lain-lain sehingga ledakan sangat dahsyat. Untuk merakit bom di kamar, tidak mungkin membawa handak low explosive berkarung-karung ke dalam kamar.
Keempat, ada dua orang yang dipastikan polisi melakukan bom bunuh diri. Pola bom selama ini kebanyakan seperti itu. Bom bunuh diri bisa terjadi jika pelakunya memiliki keyakinan yang sangat kuat bahwa tindakannya mengebom adalah benar. Tapi, bisa juga pelaku membawa bom bukan bunuh diri, melainkan diledakkan dengan remote control oleh pelaku lain.
Kelima, operasi ini sangat mahal karena room rate hotel sekelas JW Marriot dan Ritz Carlton minimal sekitar 1,5 juta per malam. Jaringan teroris bom sebelumnya agak mustahil memiliki dana besar untuk sekadar menginap di hotel. Kecuali jaringan lama ini mendapatkan dana besar belakangan ini. Spekulasi bahwa perampokan 15 miliar rupiah milik BNI terkait dengan Bom Marriot (II) dan Ritz Carlton ini hampir mustahil karena jarak waktunya sangat dekat.
Seluruh fakta lapangan itu dapat digunakan untuk menganalisis konteks lingkungan strategis nasional maupun internasional. Dari sudut kepentingan pelaku, momentumnya sangat tepat. Pasca pilpres, kondisi politik masih gonjang-ganjing sehingga skenario politik apa pun akan secara rasional diterima oleh publik. Selain itu, dalam konteks lingkungan strategis internasional, Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton adalah simbol kapital internasional. Ditambah lagi, hotel ini akan digunakan oleh tim sepak bola MU sehingga pengeboman akan segera mengundang sorotan internasional.
Dari segi teknis investigasi, tampaknya polisi tidak akan banyak mengalami kendala. Terlalu banyak jejak forensik yang ditinggalkan. Mulai dari booking kamar hotel, bom rakitan yang belum meledak, kepala dua orang pelaku yang tewas, baik bunuh diri atau diledakkan, dan lain-lain. Sebagaimana keterangan Kapolri dan pejabat kepolisian lainnya, hanya dalam hitungan hari, bahkan jam, kemungkinan besar sudah dapat diidentifikasi pelaku dalam kategori eksekutor lapangan.
Tapi, yang lebih sulit adalah menelusuri motif dan dander (otak pelaku, atau aktor intelektual) di balik bom kali ini. Konteks lingkungan strategis membuka peluang interpretasi skenario yang sangat luas. Pada kasus-kasus sebelumnya saja sangat sulit mengungkap motif dan dander ini. Landasan analisis konvensional biasanya adalah siapa yang diuntungkan dan dirugikan dari suatu kasus bom. Pada kasus ini, banyak pihak yang dapat diuntungkan atau dirugikan.
Salah satu spekulasi yang beredar adalah bom ini direkayasa untuk mengalihkan fokus perhatian publik dari perdebatan mengenai pilpres satu atau dua putaran. Gosip ini jelas tidak beralasan karena jika kubu Susilo Bambang Yudhoyono yang merekayasa, justru merekalah yang paling menderita dari dampaknya. Selama lima tahun ke depan, dampak negatif bom ini mungkin tidak terbayar. Karena itu, mereka justru yang dirugikan.
Sebaliknya, gosip tentang apakah kubu kompetitor pilpres yang kalahlah yang mensponsori bom tersebut juga sangat sulit dibuktikan. Apakah isu ini akan mengisi ruang pertarungan politik pasca pilpres, akan sangat bergantung pada sikap kenegarawanan semua pihak yang terkait dengan kompetisi pilpres. Juga akan sangat bergantung pada kesimpulan dari jejak forensik yang ada.
Dalam setiap peristiwa bom, yang selalu terlupakan adalah korban. Pada saat-saat setelah pengeboman, korban sekadar menjadi angka statistik, setelah itu dilupakan. Padahal, kampanye terus-menerus tentang korban, atau penjelasan atas suatu tindak terorisme bom dari perspektif korban, merupakan cara pencegahan yang paling efektif. Korban teror bom selalu warga sipil karena kategori tindak terorisme menimbulkan korban sipil dari tindakan random.
Dampak Bom Marriott (II) dan Ritz Carlton ini sangat serius bagi pemerintahan baru di bawah SBY-Boediono dan dalam jangka panjang. Taruhannya bukan hanya konsolidasi kekuasaan pemerintahan 2009-2014, melainkan juga keutuhan bangsa dan citra internasional Indonesia. Upaya penanganan sebaiknya diserahkan kepada pihak-pihak yang berwajib, terutama Polri, sementara pencegahan (prevention) dan penangkalan (preemption) adalah tanggung jawab seluruh komponen bangsa, terutama kalangan elite politik.
Penulis adalah profesor riset di LIPI, penulis Buku Putih Peristiwa dan Pengungkapan Bom Bali, dan editor buku Tragedi Bom Marriott.
Teaser:
Dampak Bom Marriott (II) dan Ritz Carlton ini sangat serius bagi pemerintahan baru di bawah SBY-Boediono dan dalam jangka panjang. Taruhannya bukan hanya konsolidasi kekuasaan pemerintahan 2009-2014, melainkan juga keutuhan bangsa dan citra internasional Indonesia. Hermawan Sulistyo
sumber
http://www.koran-jakarta.com/ver02/detail-news.php?id=13499
Tidak ada komentar:
Posting Komentar