Menyingkap Teror Bom
Oleh Fauzan Al-Anshari
Pelaku teror bom di Indonesia adalah JI? Ya. Tetapi bukan JI versi
polisi. Melainkan JI (Jewish Inteligent) bisa Mossad yang memiliki
hubungan dengan CIA dan MI6
Teror bom di Indonesia nampaknya sudah menjadi semacam siklus
musiman Yang rutin berputar setiap tahun, sejak Bom Bali I (12 Oktober
2002), Bom Marriott (5 Agustus 2003), Bom Kuningan (9 September 2004),
dan Bom Bali II (1 Oktober 2005), s seolah-olah terus-menerus berurutan.
Bisakah kita menghentikan “musim bom” tersebut? Sangat bisa, karena
“musim” tersebut bukan ciptaan Allah swt yang mengatur perjalanan alam
ini, melainkan hanya rekayasa manusia-manusia yang tak
berperikemanusiaan.
Cara membaca “musim” tersebut juga harus dilihat dari berbagai sudut
dan didukung sejumlah referensi yang memadai, karena hal itu akan
mempengaruhi perspektif seseorang; bagaimana menyikapinya dengan benar.
Cara berpikir stereotipe (baca: kacamata kuda) hanya akan
menjerumuskan dirinya ke dalam analisa yang dangkal dan memunculkan
sikap yang tidak arif serta merugikan umat Islam secara terus-menerus.
Di bawah ini saya ingin menyoroti rentetan teror bom secara utuh,
sehingga sikap yang kita ambil juga relatif lebih komprehensif, tidak
sepotong-sepotong.
Teror bom di Indonesia sudah sering terjadi. Bahkan sebelum Bom Bali
I. Misalnya, bom yang meledak di BEJ dan sejumlah gereja. Pelakunya
beragam. Waktu itu tidak pernah muncul istilah Jamaah Islamiyah (JI)
yang sekarang selalu dituduh berada di balik teror bom.
Padahal ada juga teror bom yang menimpa KPU, rumah Abu Jibril, dan
Markas MMI ketika diresmikan. Lalu siapa pelakunya? Apakah juga JI juga?
Indikasi Rekayasa
Dalam buku “Di Balik Berita Bom Kedutaan Besar Australia &
Skandal Terorisme”, ada ulasan menarik berjudul “Zionis Yahudi
Meledakkan Nuklir di Kedutaan Besar Australia-Indonesia”.
Laporan itu ditulis oleh analis bom dari Australia Joe Vialls,
disertai foto-foto dan hasil rekaman kamera yang tidak dapat berbohong.
Misalnya analisa dari bentuk asap yang dihasilkan oleh bom yang meledak
di depan Kedubes Australia-Jakarta berwarna putih dan membentuk mirip
cendawan (jamur).
Warna dan bentuk asap seperti itu hanya bisa dihasilkan oleh sebuah
ledakan nuklir, bukan oleh potassium chlorat atau TNT. Demikian pula bom
yang meledak pada Bom Bali I.
Uji coba nuklir AS di gurun Nevada memberikan perbandingan yang
nyata, bahwa bom yang meledak pada Bom Bali I dan Kedubes
Australia-Indonesia adalah sejenis nuklir. Foto asap pada ledakan Bom
Bali I dapat dilihat di majalah Sabili (20 Oktober 2005) yang berwarna
oranye dan membentuk seperti jamur.
Selain bekas ledakannya membentuk semacam kawah (lebar 4m, panjang
7m, dan kedalaman 1,5m) dan korban terbakar di dalam kafe Sari Club
seperti “bandeng presto”, tubuhnya utuh tapi tulangnya hancur sehingga
tidak bisa diangkat kecuali dialasi kain di bawahnya. (Baca hasil temuan
Tim Investigasi MUI dan keterangan alm. ZA Maulani).
Jika pelaku kedua bom tersebut adalah JI, maka pertanyaannya adalah,
dari mana mereka mendapatkan akses bahan-bahan peledak tersebut.
Sementara peran Amrozi yang membawa karbit (potassium chlorat) dari
Lamongan ke Bali pada Bom Bali I dapat dideteksi aksesnya. Mengapa
handak (bahan peledak) pada Bom Bali II yang sempat dipublikasi media
berupa TNT tidak terdeteksi akses perolehannya?.
Beberapa waktu yang lalu saya bertemu langsung dengan Jendral
Ryamizard Ryacudu. Saya langsung mendengarkan penjelasannya tentang
ketidaksanggupan TNI membuat bom yang meledak di Sari Club itu yang
pernah ia sampaikan ketika menjabat KSAD.
Benar, confirmed, TNI memang tidak sanggup membuatnya. Lalu siapa?
Saya berseloroh, kalau benar Amrozi yang bikin, maka sebaiknya dia
dijadikan penasihat Panglima TNI, Jendral pun tertawa!
Korban Fitnah
Dengarkan pengakuan Imam Samudera yang sempat disebut sebagai aktor
intelektual (mastermind) peledakan Babi-1 dan kini sedang menanti
eksekusi mati. Ia menulis buku Aku Melawan Teroris! Pada halaman
menjelang akhir (269-270) dia menulis:
“Ali Ghufron, Amrozi, Hernianto dan aku sendiri menjalankan
‘rekonstruksi’ tersebut. Disadari atau tidak, pada saat itulah kami
semua menjadi pengkhianat, yang mengkhianati diri sendiri, mengkhianati
risalah jihad.
Ya, mereka bertiga telah berkhianat untuk mengatakan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi. Dan aku sendiri berkhianat untuk secara tolol
mengikuti pengkhianatan itu. Aku terjebak oleh argumentasi setan, “Ini
versi Hernianto” yang dilontarkan oleh si “sakit gigi sepanjang hari”.
Maka pengkhianatan kami seperti itulah yang disebut ‘fakta’ oleh
gerombolan penyidik Bom Bali.
Mengapa hal memalukan itu sampai terjadi? Sebabnya, Hernianto telah
‘gembur’ dihajar polisi pada awal penangkapan. Ali Ghufron babak belur.
Amrozi kena damprat. Aku tak berbeda. Kami semua under pressure! (Dalam
kesaksiannya pada persidangan Ustad Abu di BMG Kemayoran, dia mengaku
ditelanjangi dan disundut rokok oleh penyidik Bom Bali I).
Semoga generasi di belakang hari nanti tidak berbuat sebodoh dan
selemah kami dalam menghadapi tipudaya dan tekanan thaghut (setan).
Ingatlah bahwa, sesungguhnya tipu daya setan itu lemah! (QS.
An-Nisa:76).”
Sekarang mari kita dengarkan bagaimana seorang ulama sepuh
terus-menerus terzalimi karena harus menanggung beban fitnah yang tidak
pernah dia lakukan. Ya, Ustad Abubakar Ba’asyir yang sangat saya kagumi
dan banggakan dan saya bersumpah untuk membelanya sampai titik darah
penghabisan.
Ia menulis Risalah Banding untuk mengharap keadilan Pengadilan Tinggi
DKI yang dimuat dalam buku “Pengadilan Rekayasa Ustad Abubakar
Ba’asyir” halaman 174:
“Saya adalah seorang muslim dan insya Allah beriman, saya berdakwah,
mengajar di pondok, menasihati orang supaya berakhlak yang baik,
berjuang menegakkan syariat Islam, karena tuntutan tanggung jawab di
hadapan Allah nanti dan karena keinginan agar negeri ini menjadi baik,
tidak mungkin kalau saya mengetahui suatu rencana seperti pengeboman di
Bali itu, lalu saya setujui (seperti tuduhan JPU dan Majelis Hakim),
setelah terjadi lalu saya mengecamnya. Itu adalah akhlak munafik,
na’udzubillah karena perkara yang sudah saya setujui kemudian saya
kecam.
Saya berlindung kepada Allah swt dari akhlak seburuk itu yang tidak
bertanggung jawab. Maka saya yakin bahwa tuduhan JPU dalam hal ini yang
disetujui oleh Majelis Hakim benar-benar dipaksakan, maka ini
benar-benar merupakan fitnah jahat yang disengaja untuk tujuan tertentu.
Maka dengan ijin Allah swt saya berharap agar Majelis Hakim Tinggi
dalam membahas dan meneliti keputusan ini hendaknya dengan kejujuran dan
nurani bersih, jangan ada tujuan menutupi malu atau karena tekanan
asing, sehingga dapat menemukan keputusan yang adil tanpa takut pada
tekanan siapa pun, kecuali hanya takut kepada Allah swt. Semoga Allah
swt memberi petunjuk kepada Majelis Hakim Tinggi menuju jalan-Nya yang
lurus. Amin.”
Ternyata kemudian Hakim Tinggi, bahkan MA tidak mendapat petunjuk
Allah swt sehingga mereka kembali menzalimi ustad dengan vonis penjara
2,5 tahun.
Apa balasan bagi orang-orang yang menzalimi ulama? Menurut Rasulullah
saw, mereka akan ditimpa bencana yang sangat menyakitkan dan memalukan.
Apakah bencana itu sudah mereka rasakan? Wallahu a’lam.
Pelaku Sebenarnya
Kalau sempat, bacalah buku-buku ini, “Terorisme Israel, Membedah
Paradigma dan Strategi Terorisme Zionis” (COMES), “Fitnah Itu Akhirnya
Terungkap, Investigasi Peristiwa 11-9 dan Perang Amerika Membasmi
Terorisme”, karya Dr. Albert D. Pastore, PhD diterjemahkan oleh (alm) ZA
Maulani, (9-11), “The Hard Evidence Exposed! The Real Truth” (Fakta
Sebenarnya Tragedi 11 September), “American Shadow Government”
(Pemerintah Bayangan Amerika), “Bayang-bayang Gurita”, (Mengungkap
Pergerakan Freemason dan Organisasi Anti Islam Dunia) ketiganya karya
Jerry D. Gray, “Palestina” (Sejarah, Perkembangan dan inspirasi) karya
Dr. Muhsin Muhammad Shaleh, “Perang Afghanistan”, karya ZA Maulani, dan
“Perang Iraq-AS”, (COMES).
Juga lihatlah film-film dokumenter terbaik sebagai winner/best
picture 2004 cannes film festival seperti “Fahrenheit 9/11”, “911 in
Plane Site”, dan “911 Control Room.”
Film-film dokumenter ini langsung disutradarai oleh sineas AS
terkenal seperti Michael Moore. Saya yakin kalau anda membaca buku-buku
di atas dan melihat film-film tersebut, maka anda akan mempunyai
perspektif yang benar terhadap isu terorisme yang diperdagangkan oleh
Bush dan konco-konconya.
Jadi, siapa pelaku teror bom di Indonesia sejak BB1? Pelakunya adalah
JI, tetapi bukan JI versi polisi, melainkan JI, Jewish Inteligent
(Intelijen Yahudi). JI yang terakhir ini diorganisasikan oleh jaringan
intelijen terkuat dan tersolid di dunia yakni MOSSAD yang memiliki
jaringan kerjasama erat dengan CIA dan MI6.
Lalu bagaimana dengan orang-orang muslim yang menjadi tersangka
teroris? Mereka bukan teroris! Bisa jadi, operasi pengeboman mereka di
Indonesia –yang saya tolak dan kecam—justru di-dubbing oleh agen-agen
Yahudi atau masuk dan terjebak dalam perangkap “tikus” mereka! Wallahu
a’lam.
Penulis adalah Ketua Departemen Data dan Informasi Majelis Mujahidin Indonesia (MMI)
copas dari:
https://www.hidayatullah.com/artikel/opini/read/2005/10/17/2942/menyingkap-teror-bom.html pada 25 Des 2018
Berita lainnya:
https://news.okezone.com/read/2008/11/09/1/162155/bom-mikronuklir-dalam-peristiwa-bom-bali-i
Peristiwa Bom Bali I yang terjadi pada 12 Oktober 2002 masih menyisakan keraguan bagi sejumlah kalangan antara lain, tentang bahan baku bom dan pelaku utama di balik peristiwa tersebut.
https://news.okezone.com/read/2008/11/09/1/162155/bom-mikronuklir-dalam-peristiwa-bom-bali-i
Peristiwa Bom Bali I yang terjadi pada 12 Oktober 2002 masih menyisakan keraguan bagi sejumlah kalangan antara lain, tentang bahan baku bom dan pelaku utama di balik peristiwa tersebut.
Fauzan Al-Anshari, Direktur Lembaga Kajian Strategis Islam (LKSI).
Fauzan menyebutkan tulisan sejumlah investigator tentang kemungkinan itu.
Seperti Joe Vialls, investigator bom independen Australia yang wafat 2005 lalu. Dalam situsnya (www.thetruthseeker.co.uk/columnist.sp?ID=3), Vialls menulis tiga artikel berjudul: Bali Micro Nuke Buried By Western Media, Bali Micro Nuke-Lack of Radiation Confuses "Expert", dan Micro Nuke Used in Bali "Terrorist" Lookalike Attack.
Vialls menegaskan bahwa adanya cendawan panas, kawah, cahaya, dan listrik mati sebelum ledakan bom adalah bukti tak terbantahkan hadirnya mikronuklir dalam bom tersebut.
"Bahkan, saksi lain, Kapten Rodney Cox, yang juga menyaksikan bom itu meledak dan membuat tulisan yang dimuat di situs Army Australia, tetapi mendadak dihapus karena laporannya bisa membuat masalah bagi Australia di masa datang," ungkap Fauzan, Minggu (9/11/2008).
"Sayang sekali, sampai sekarang umat Islam tidak mengetahui second opinion siapa sesungguhnya pelaku utama bom tersebut," sesalnya.
Fauzan menyatakan, sudah beberapa kali dirinya bertemu Jenderal (purn) Ryamizard Ryacudu, mantan KSAD era Megawati. Dalam pertemuan itu Ryamizard menjelaskan ketidakmampuan TNI untuk membuat bom sedahsyat itu.
Almarhum ZA Maulani, mantan kepala BAKIN era Habibie, menurut Fauzan, juga sering bertemu dirinya untuk menjelaskan bahwa bahan bom Bali itu bukan karbit, TNT, atau C4, melainkan mikronuklir.
"Saya pun diajak rapat membahas hal itu dengan sejumlah petinggi MUI di Istiqlal. Namun, karena adanya tekanan dari pihak tertentu, maka hasil investagasi MUI urung dipublikasikan dan batal menjadi saksi adecharge (meringankan) di sidang pengadilan Amrozi dkk di Bali," ungkap dia.
Dengan demikian, Fauzan yakin bom yang meledak dan menewaskan 202 orang itu adalah bom mikronuklir. Bukti yang menguatkan, menurut Fauzan, adalah para kulit korban hingga saat ini masih sakit, gatal-gatal, dan bila terkena sinar matahari menjadi keriput dan bengkak, mirip korban bom nuklir di Hiroshima, Jepang. "Bagi yang tidak percaya saya ajak ber-mubahalah, siapa yang dusta disambar petir. Itu (bom) tidak mungkin disebabkan oleh karbit," pungkas dia.
Fauzan menyebutkan tulisan sejumlah investigator tentang kemungkinan itu.
Seperti Joe Vialls, investigator bom independen Australia yang wafat 2005 lalu. Dalam situsnya (www.thetruthseeker.co.uk/columnist.sp?ID=3), Vialls menulis tiga artikel berjudul: Bali Micro Nuke Buried By Western Media, Bali Micro Nuke-Lack of Radiation Confuses "Expert", dan Micro Nuke Used in Bali "Terrorist" Lookalike Attack.
Vialls menegaskan bahwa adanya cendawan panas, kawah, cahaya, dan listrik mati sebelum ledakan bom adalah bukti tak terbantahkan hadirnya mikronuklir dalam bom tersebut.
"Bahkan, saksi lain, Kapten Rodney Cox, yang juga menyaksikan bom itu meledak dan membuat tulisan yang dimuat di situs Army Australia, tetapi mendadak dihapus karena laporannya bisa membuat masalah bagi Australia di masa datang," ungkap Fauzan, Minggu (9/11/2008).
"Sayang sekali, sampai sekarang umat Islam tidak mengetahui second opinion siapa sesungguhnya pelaku utama bom tersebut," sesalnya.
Fauzan menyatakan, sudah beberapa kali dirinya bertemu Jenderal (purn) Ryamizard Ryacudu, mantan KSAD era Megawati. Dalam pertemuan itu Ryamizard menjelaskan ketidakmampuan TNI untuk membuat bom sedahsyat itu.
Almarhum ZA Maulani, mantan kepala BAKIN era Habibie, menurut Fauzan, juga sering bertemu dirinya untuk menjelaskan bahwa bahan bom Bali itu bukan karbit, TNT, atau C4, melainkan mikronuklir.
"Saya pun diajak rapat membahas hal itu dengan sejumlah petinggi MUI di Istiqlal. Namun, karena adanya tekanan dari pihak tertentu, maka hasil investagasi MUI urung dipublikasikan dan batal menjadi saksi adecharge (meringankan) di sidang pengadilan Amrozi dkk di Bali," ungkap dia.
Dengan demikian, Fauzan yakin bom yang meledak dan menewaskan 202 orang itu adalah bom mikronuklir. Bukti yang menguatkan, menurut Fauzan, adalah para kulit korban hingga saat ini masih sakit, gatal-gatal, dan bila terkena sinar matahari menjadi keriput dan bengkak, mirip korban bom nuklir di Hiroshima, Jepang. "Bagi yang tidak percaya saya ajak ber-mubahalah, siapa yang dusta disambar petir. Itu (bom) tidak mungkin disebabkan oleh karbit," pungkas dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar