Jumat, 24 Juli 2009

Uighur

FUI Kecam Pembantaian Muslim Uighur

Minggu, 12 Juli 2009 - 12:42 wib

JAKARTA - Pemerintah China kembali dianggap membiarkan terjadinya pembantaian yang dilakukan etnis Han terhadap warga Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang, China. Ratusan muslim Uighur dilaporkan tewas dan ribuan lainnya mengalami luka luka di kota Urumqi akibat pembantaian itu. Sebagai bentuk solidaritas, Forum Umat Islam (FUI) hari ini, Minggu (12/7/2009), menggelar tabligh akbar di Masjid Al Barkah As Syafi'iyah, Balimatraman. Sekjen FUI Muhammad Al Khaththath menegaskan, FUI menuntut Pemerintah Indonesia dan dunia Islam agar memberikan tekanan politik terhadap pemerintah China untuk menghentikan aksi represifnya serta memberikan hak-hak hidup serta kemerdekaan bangsa Uighur. FUI juga meminta Pemerintah China untuk segera membuka masjid-masjid di Xinjiang yang selama ini ditutup bahkan diduduki tentara. "Kami menyerukan kepada umat Islam Indonesia untuk memberikan solidaritas minimal dalam bentuk qunut nazilah kepada umat Islam Uighur," katanya. Senin besok, FUI pun berencana melakukan aksi damai di depan Kedubes China, di kawasan Mega Kuningan pada pukul 10.30 WIB, yang intinya melayangkan protes terhadap tindakan represif tentara China itu.(Arif Sinaga/Trijaya/ded)

Uighur Dicekam Ketakutan

Muslim Uighur Dicekam Ketakutan

By Republika Newsroom
Sabtu, 11 Juli 2009 pukul 23:33:00

DAYLIFE.COM
URUMQI--Sejumlah Muslim Uighur di wilayah terisolasi di China masih bertahan dalam persembunyiannya hampir satu pekan. Mereka hidup dicekam rasa takut diburu, ditangkap, dan dianiaya warga China Han menyusul kerusuhan beberapa waktu lalu.

Hasisha, seorang dokter mata yang bekerja di Uighur, yang mengaku ia sangat takut kembali ke rumahnya di distrik Urumqi, tempat etnik mayoritas China Han tinggal.

"Saya masih takut karena, anda tahu, ada banyak warga Han di tempat saya tinggal," kata warga Uighur yang berusia 30 tahun itu kepada AFP setelah enam hari tinggal di klinik majikannya.

"Saya takut dipukuli karena ada banyak orang Uighur dipukuli di sana. Kami semua hanya berharap semua dapat kembali normal segera."

Salah satu pengusaha dari Uighur, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan bahwa beberapa orang pekerjanya tidur di tempat kerja karena mereka khawatir ditangkap tanpa alasan oleh pasukan keamanan.

Muslim Uighur

tolak kebijakan Cina


Meski pembangunan ekonomi terjadi, kehidupan sebagian warga Uighur digambarkan lebih susah.
Meski ekonomi berkembang, kehidupan sebagian warga Uighur digambarkan lebih susah.
Tindak kekerasan di Xinjiang tidak terjadi tiba-tiba.
Akar penyebabnya adalah ketegangan etnis antara warga Uighur Muslim dan warga Cina etnis Han.
Masalah ini bisa dirunut balik hingga beberapa dekade, dan bahkan ke penaklukan wilayah yang kini disebut Xinjiang oleh Dinasti Qing Manchu pada abad ke-18.
Pada tahun 1940-an, muncul Republik Turkestan Timur di sebagian Xinjiang, dan banyak warga Uighur merasakan itu menjadi hak asasi mereka.