Selasa, 25 Desember 2018

Bali Micro Nuke sebuah pandangan lain





Bali Micro Nuke - Lack of Radiation Confuses "Experts"


http://homepage.ntlworld.com/steveseymour/nuke/bali_micro_nuke.htm

"The bomb flashed and exploded like a micro nuke, but our Geiger 
counters don't show any radiation"

By Joe Vialls, 21 October 2002

It was precisely 11.30 p.m. on Saturday 12 October 2002, when someone somewhere pressed a button that sent a single coded radio-squirt to an underground aerial located in a monsoon drain outside the Sari Club in Bali. An unseen circuit closed and a primer fired, then one-millionth 
of a single second later, a terrible fireball formed under the street. Less than six inches in diameter and burning at a staggering 300,000 degrees centigrade, the fireball was a perfect shimmering sphere, made possible by 99.78% Plutonium 239 manufactured at Dimona in the Negev Desert.

Senin, 24 Desember 2018

Sudut Pandang Lain Terhadap Teror Bom

Menyingkap Teror Bom

Oleh Fauzan Al-Anshari 


Pelaku teror bom di Indonesia adalah JI? Ya. Tetapi bukan JI versi polisi. Melainkan JI (Jewish Inteligent) bisa Mossad yang memiliki hubungan dengan CIA dan MI6

Mengenal Suku Baduy Banten

Salah satu suku yang masih terpelihara dari gelombang besar pengaruh perkembangan budaya. Mereka tetap kokoh mempertahankan budaya leluhur yang pada intinya dalam istilah yang lagi marak "kehidupan yang berkelanjutan bersama alam sekitar". Mereka sudah melakukan apa yang orang-orang jaman now dan akan datang selalu bicarakan, selalu dikaji, diskusikan dan lain-lain jargon.

Banten menawarkan tempat wisata yang berlimpah
Tiga Bocah Baduy Dalam mengunjungi sebuah desa di wilayah Baduy Luar di pegunungan Kendeng, Banten, pada 3 September 2005. (Shutterstock.com/Anges van der Logt)

Selasa, 20 Januari 2015

Jihadism in Central Asia






Jihadism in Central Asia: A Credible Threat After the Western Withdrawal From Afghanistan?

Read more at: http://carnegieendowment.org/2014/08/13/jihadism-in-central-asia-credible-threat-after-western-withdrawal-from-afghanistan


The states of Central Asia—Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, and Uzbekistan—are closely watching the political situation in Afghanistan, a neighbor with whom three of them share a border. This situation concerns them very deeply.
Central Asian governments view with alarm and pessimism the withdrawal by the end of 2014 of most of the Western troops that have been present in Afghanistan since a NATO-led security mission began in 2001. Kabul’s neighbors expect the already-unstable situation in Afghanistan to deteriorate and threaten their own security and stability. They fear that a radical Islamist regime in Afghanistan will emerge from a Taliban military victory—a scenario that many Central Asian leaders and analysts believe is inevitable and will spill over across Afghanistan’s northern border.

Jumat, 23 September 2011

Sebelum Columbus Menembus Atlantik

Sebelum Columbus Menembus Atlantik


Oleh: Dwi Hartanto
(Sumber: Sabili No. 13 TH. XVI 15 Januari 2009 / 18 Muharram 1430, hal 99-101 [Edisi Khusus “The Great Muslim Traveler”])
Enam abad atau tepatnya 603 tahun sebelum Columbus, penjelajah Islam sudah bolak-balik melakukan eksplorasi di Amerika. Bahkan, ada yang menetap dan menikah dengan penduduk lokal, menjadi bagian dari penduduk asli Amerika.
Sejarah memang milik penguasa. Ketika peradaban dan kekuasaan umat Islam mulai redup, seiring jatuhnya Granada di Spanyol, benteng terakhir umat Islam di Eropa, tahun 1492, pencapaian emas para ilmuwan dan penjelajah Muslim pun ikut dikubur dalam-dalam. Salah satunya adalah sejarah penemuan benua Amerika dan cikal bakal komunitas Muslim di daratan yang dihuni orang-orang Indian ini.
Akibatnya, selama ribuan tahun, sejarah dunia yang diajarkan di sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi diputarbalikkan. Benua Amerika ditemukan oleh Christopher Columbus, 12 Oktober 1492. Bahkan ketika pertama kali menginjakkan kakinya di daratan yang ia sangka Semenanjung Hindia itu, Columbus menyebutnya sebagai The New World.
Tapi bagi umat Islam, Amerika bukanlah ‘Dunia Baru’, sebab 603 tahun sebelum Columbus, penjelajah Muslim dari Andalusia dan Afrika Barat telah membangun peradaban di benua itu. Mereka berasimiliasi secara damai, berdagang dan menikah dengan penduduk lokal, orang-orang Indian, menjadi bagian dari lokal genius Amerika. Menzies menulis, Zheng He (Cheng Ho), Laksamana Muslim dari Cina, juga telah mendarat di Amerika pada 1421 M, 71 tahun lebih awal ketimbang Columbus. Karenanya, klaim yang menyatakan Columbus sebagai penemu Amerika akhirnya pun patah.
Literatur yang menerangkan bahwa penjelajah Islam sudah menginjakkan kaki di Amerika beberapa abad sebelum Columbus juga cukup banyak. Salah satunya ditulis oleh pakar sejarah dan geografi Abul-Hasan Ali Ibnu al-Husain al-Masudi (871-975 M). Dalam bukunya, Muruj Adh-dhahab wa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels—Hamparan Emas dan Tambang Permata), al-Masudi menulis, Khashkhash Ibnu Sa’ied Ibnu Aswad, seorang penjelajah Muslim dari Cordoba, ibukota Kekhalifahan Andalusia (Spanyol), berhasil mencapai benua Amerika pada 899 Masehi.