Rabu, 22 Juli 2009

Abu Bakar Ba'asyir : Orang Kafir Tak Boleh Dibunuh

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kemarin siang Pesantren Al-Mukmin di Ngruki, Sukoharjo, lebih ramai daripada biasanya. Puluhan wartawan dari dalam dan luar negeri berdatangan ke pesantren itu. Mereka mencari kabar seputar Nur Said, lulusan Ngruki yang diduga terkait dengan pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton di Mega Kuningan, Jakarta.

Meski membenarkan bahwa Nur Said pernah mondok di pesantren yang didirikannya, Abubakar Ba'asyir mengaku tak pernah mengenal bekas santri yang kini dicari-cari polisi itu. Berikut ini petikan wawancara sejumlah wartawan, termasuk Ahmad Rafiq dari Tempo, dengan Abubakar.


Bekas santri Anda, Nur Said, disebut-sebut terlibat pengeboman?
Itu kan baru dugaan. Belum tentu benar. Menurut saya, tidak semudah itu orang keluar-masuk hotel yang penjagaannya ketat. Kalaupun itu benar, saya yakin ada pihak-pihak yang menunggangi. Seperti pada kasus bom Bali. Yang percaya bom Bali buatan Muchlas hanya orang idiot.

Anda mengenal Nur Said?

Tidak. Memang dia pernah menjadi santri di sini dan lulus pada 1994, namun waktu itu saya masih di Malaysia, tak pernah bertemu dengannya. Setelah dia lulus, kami belum pernah bertemu. Mendengar namanya saja juga baru kemarin. Kalau Muchlas, memang saya pernah bertemu.

Jadi, menurut Anda, peledakan bom di Mega Kuningan itu....

Saya curiga peledakan itu rekayasa oleh lawan-lawan Islam. Tujuannya, memfitnah umat Islam, agar pemerintah bertindak represif terhadap umat Islam. Misalnya agar para mubalig ditangkapi.

Anda percaya Noor Din M. Top berada di balik peledakan bom tersebut?

Kalau sudah tidak senang, orang cenderung langsung menuduh. Padahal bukti-buktinya belum ada. Saya justru menduga Amerika berada di balik kejadian tersebut. Rekayasa sengaja dibuat untuk memojokkan Islam. Namun ini baru praduga.

Ada kemiripan bom Kuningan dengan bom Bali?
Saya bukan ahli bom. Jika dikatakan bom itu bom bunuh diri, zahirnya memang begitu. Namun orang kafir juga bisa melakukan bom bunuh diri. Mudah-mudahan polisi jujur dalam menangani kasus ini.

Beberapa lulusan Pesantren Ngruki dituduh terlibat aksi terorisme. Tanggapan Anda?
Tidak ada alumni pondok yang terlibat terorisme. Kalau ada yang terlibat jihad, itu benar. Meskipun begitu, saya tidak sependapat dengan Muchlas dan kawan-kawan mengenai jihad yang mereka lakukan. Bagi saya, pengeboman hanya bisa dilakukan dalam keadaan perang. Sedangkan seperti di Indonesia, lebih baik mendahulukan dakwah.

Berarti jihad mereka tidak sesuai dengan ajaran Al-Mukmin?
Yang dipelajari di sini Quran dan Hadis. Jihad dengan cara pengeboman, menurut ijtihad saya, boleh dilakukan dalam keadaan perang. Sedangkan Muchlas menggunakan ijtihad yang berbeda. Namun belum tentu ijtihad saya itu benar dan ijtihad mereka yang salah. Bisa jadi ijtihad saya yang salah.

Apa pendapat Anda soal banyaknya korban dalam pengeboman di JW Marriott dan Ritz-Carlton?

Seharusnya tidak begitu. Orang kafir pun, jika tak memusuhi Islam, tak boleh dibunuh. Kita bisa hidup berdampingan. Hanya orang yang terlibat dalam gerakan memusuhi Islam, meskipun hanya terlibat secara pemikiran, yang boleh dan wajib dibunuh.

http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2009/07/23/brk,20090723-188560,id.html

Tidak ada komentar: