Rabu, 27 Mei 2009

Patani Thailand

Selasa, 7 Oktober 2003
Dari Festival Budaya Melayu Islam, Patani Thailand (3 habis)
Pusat Kebudayaan Melayu di Nusantara

PATANI adalah diantara pusat kebudayaan Islam yang ada di Asean, dan dikenal sebagai negeri Melayu yang terbayak melahirkan para ulama dan cendekiawan Islam. Bahkan para ulama merupakan golongan yang paling berperan dalam pengembangan Islam di Patani. Mereka mempunyai kedudukan penting dalam pemerintahan, juga di kalangan masyarakat.

Seperti diungkapkan Dr Ahmad Omar Chapakia dari Kolej Islam Yala Selatan Thailand, melalui peran para Ulama, Patani menjadi sebuah negeri Islam yang dikenal dengan sebutan Patani Darusalam. Bahkan Omar menilai, bahwa ulama Patani telah memainkan peran besar dalam menumbuhkan dan membangun di Dunia Melayu atau di Nusantara. Apalagi banyak diantara merka hijrah meninggalkan Patani untuk mengembangkan Islam di negeri-negeri Melayu di Nusantara. Diantara sumbangan besar yang paling kentara adalah mendirikan institusi pendidikan pondok.



Usaha agung ini dapat dilihat pada semua negeri di Semenanjung Melayu.

Dari catatan bukti sejarah yang saya dapatkan, Negeri Patani yang sebelumnya terkenal dengan Langkasuka adalah diantara negeri Melayu purba yang tersohor di Nusantara. Sebelum negeri Patani menjadi negeri Islam, raja dan rakyatnya beragama Hindu. Dengan kehadiran para pedagang Islam dan dikuti dengan kemunculan ulama Islam, maka Patani menjadi sebuah negeri Islam dan berkembang dan menjadi pusat kebudayaan Melayu.

Lantaran menjadi pusat budaya Melayu yang sangat kental, maka saya tidak merasa heran waktu mengikuti acara makan siang bersama peserta seminar budaya Melayu di Pondok Dala, Daerah Yaring Patani. Dimana menu makanan yang dihiang sangat mirip sekali dengan menu makanan Melayu di Kalbar. Ada hidangan asam pedas, sambal terasi dan banyak lagi menu masakan Melayu yang sama. Bahkan cara hidangannya besaprah, mirip adat istiadat Melayu Kalbar. Kesamaan cara menghidang makanan dan menunya juga diakui rekan dari Singapura, Ishak Mohammed Salleh sastrawan dan pengarang Singapura itu. Hal senada juga diakui rekan dari Medan, Prof H Ahmad Samin Siregar SS, dosen luar biasa di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Inilah adat istiadat dan budaya Melayu, tetap akan sama di semua negeri.

Sebagai pusat budaya Melayu dan Islam, di Patani juga terdapat masjid tua bernama Masjid Kersik, yang dikenal sebagai Masjid Pintu Gerbang. Masjid ini terletak di Kampung Kersik, lebih kurang 6 km dari pusat kota Patani. Masjid ini dikenal karena lokasi dan latar belakang sejarahnya. Cataran yang saya dapatkan dari Ensiklopedia Sejarah dan Kebudayaan Melayu, masjid ini didirikan oleh seorang tukang berbangsa China bernama Lim Toh Kian atau Lim Tau Kian pada masa pemerintahan Raja Biru (1616-1624). Lim Toh Kian sendiri merupakan pelarian politik China pada masa pemerintahan Raja Shi Zong (1522-1566), pada dinasti Miang, kemudian Lim Toh Kian memeluk agama Islam dan menetap di Patani.

Namun sumber lain menyebukan, kalau Masjid Kresik ini didirikan pada masa pemerintahan Long Yunus pada tahun 1726 hingga 1727. Sumber lain lagi menyebutkan, bahwa Masjid Kersik didirikan pada masa Pemerintahan Tuang Sulong (1818-1832), tepatnya setelah jatuh ke tangan Siam. Namun berdasarkan Biro Arkeologi Jabatan Kesenian, Kementerian Pendidikan Patani, Masjid Kresik ini didirikan pada akhir pemerintahan era Ayutha (1635-1688). Pada waktu itu, Patani berada di bawah pemerintahan Raja Kuning (1635-1688). Yang penting, siapa yang mendirikan Masjid Kersik itu, realitanya tak dipolemikan masyarakat setempat. Pasalnya, hingga kini masjid tua tersebut masih tetap digunakan sebagai tenpat ibadat oleh penduduk setempat walau bangunannya sudah tua. (mizar bazarvio)



< PATANI adalah diantara pusat kebudayaan Islam yang ada di Asean, dan dikenal sebagai negeri Melayu yang terbayak melahirkan para ulama dan cendekiawan Islam. Bahkan para ulama merupakan golongan yang paling berperan dalam pengembangan Islam di Patani. Mereka mempunyai kedudukan penting dalam pemerintahan, juga di kalangan masyarakat.

Seperti diungkapkan Dr Ahmad Omar Chapakia dari Kolej Islam Yala Selatan Thailand, melalui peran para Ulama, Patani menjadi sebuah negeri Islam yang dikenal dengan sebutan Patani Darusalam. Bahkan Omar menilai, bahwa ulama Patani telah memainkan peran besar dalam menumbuhkan dan membangun di Dunia Melayu atau di Nusantara. Apalagi banyak diantara merka hijrah meninggalkan Patani untuk mengembangkan Islam di negeri-negeri Melayu di Nusantara. Diantara sumbangan besar yang paling kentara adalah mendirikan institusi pendidikan pondok.

Usaha agung ini dapat dilihat pada semua negeri di Semenanjung Melayu.

Dari catatan bukti sejarah yang saya dapatkan, Negeri Patani yang sebelumnya terkenal dengan Langkasuka adalah diantara negeri Melayu purba yang tersohor di Nusantara. Sebelum negeri Patani menjadi negeri Islam, raja dan rakyatnya beragama Hindu. Dengan kehadiran para pedagang Islam dan dikuti dengan kemunculan ulama Islam, maka Patani menjadi sebuah negeri Islam dan berkembang dan menjadi pusat kebudayaan Melayu.

Lantaran menjadi pusat budaya Melayu yang sangat kental, maka saya tidak merasa heran waktu mengikuti acara makan siang bersama peserta seminar budaya Melayu di Pondok Dala, Daerah Yaring Patani. Dimana menu makanan yang dihiang sangat mirip sekali dengan menu makanan Melayu di Kalbar. Ada hidangan asam pedas, sambal terasi dan banyak lagi menu masakan Melayu yang sama. Bahkan cara hidangannya besaprah, mirip adat istiadat Melayu Kalbar. Kesamaan cara menghidang makanan dan menunya juga diakui rekan dari Singapura, Ishak Mohammed Salleh sastrawan dan pengarang Singapura itu. Hal senada juga diakui rekan dari Medan, Prof H Ahmad Samin Siregar SS, dosen luar biasa di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Inilah adat istiadat dan budaya Melayu, tetap akan sama di semua negeri.

Sebagai pusat budaya Melayu dan Islam, di Patani juga terdapat masjid tua bernama Masjid Kersik, yang dikenal sebagai Masjid Pintu Gerbang. Masjid ini terletak di Kampung Kersik, lebih kurang 6 km dari pusat kota Patani. Masjid ini dikenal karena lokasi dan latar belakang sejarahnya. Cataran yang saya dapatkan dari Ensiklopedia Sejarah dan Kebudayaan Melayu, masjid ini didirikan oleh seorang tukang berbangsa China bernama Lim Toh Kian atau Lim Tau Kian pada masa pemerintahan Raja Biru (1616-1624). Lim Toh Kian sendiri merupakan pelarian politik China pada masa pemerintahan Raja Shi Zong (1522-1566), pada dinasti Miang, kemudian Lim Toh Kian memeluk agama Islam dan menetap di Patani.

Namun sumber lain menyebukan, kalau Masjid Kresik ini didirikan pada masa pemerintahan Long Yunus pada tahun 1726 hingga 1727. Sumber lain lagi menyebutkan, bahwa Masjid Kersik didirikan pada masa Pemerintahan Tuang Sulong (1818-1832), tepatnya setelah jatuh ke tangan Siam. Namun berdasarkan Biro Arkeologi Jabatan Kesenian, Kementerian Pendidikan Patani, Masjid Kresik ini didirikan pada akhir pemerintahan era Ayutha (1635-1688). Pada waktu itu, Patani berada di bawah pemerintahan Raja Kuning (1635-1688). Yang penting, siapa yang mendirikan Masjid Kersik itu, realitanya tak dipolemikan masyarakat setempat. Pasalnya, hingga kini masjid tua tersebut masih tetap digunakan sebagai tenpat ibadat oleh penduduk setempat walau bangunannya sudah tua. (mizar bazarvio)

Tidak ada komentar: