Selasa, 21 Juli 2009

Bom JW Marriot dan Ritz Carlton Sarat Aroma Politik

Harist Abu Ulya: Bom JW Marriot dan Ritz Carlton Sarat Aroma Politik

Kemarin, Jum’at (17/7) pagi Jakarta kembali diguncang bom. Pemerintah langsung bereaksi, begitu juga dengan Amerika, Eropa dan Australia. Banyak spekulasi muncul terkait pemboman tersebut. Namun seperti biasa, kelompok Islam langsung disudutkan. Amerika begitu sigap menawarkan bantuan. Ada apa ini? Terkait itu wartawan mediaumat.com Joko Prasetyo mewawancarai Ketua Lajnah Siyasiyah Hizbut Tahrir Indonesia Harits Abu Ulya, Sabtu (18/7) siang. Berikut petikannya.

Bagaimana sikap anda dengan bom Jakarta kemarin?
Jelas, kita mengutuk pelaku peledakan bom itu sebagai tindakan dzalim luar biasa. Islam dengan tegas melarang siapapun dengan motif apapun membunuh orang tanpa haq, merusak milik pribadi dan fasilitas milik umum. Apalagi bila tindakan itu menimbulkan korban dan ketakutan yang meluas.
Kasus ini, merupakan ‘darah segar’ untuk kembali mengopinikan isu terorisme?
Kenyataannya begitu. Namum, jangan lupa bahwa tindakan terorisme itu bisa dilakukan oleh individu, kelompok atau yang jauh lebih berbahaya adalah oleh negara. Masyarakat harus melek, tindak terorisme tidak hanya terjadi di Indonesia terlepas siapa pelakunya.
Bagaimana menurut anda dengan sikap Amerika terkait bom Jakarta kemarin?
AS melalui menlu-nya mengecam keras, begitu juga Obama dan bahkan pihaknya siap sedia untuk membantu pemerintah Indonesia.Ini sikap yang lupa diri, karena faktanya AS sendiri menjadi “ terrorist state ” dengan banyak melakukan tindakan biadab pengeboman di Pakistan, Afghanistan apalagi di Iraq. Kita pun mencatat ribuan korban tewas dan hancurnya infrastruktur di negeri-negeri tersebut.
Keinginan AS untuk membantu itu sebagai entry point untuk intervensi?
Memang. Karena itu, pemerintah Indonesia harus hati-hati dan menolak berbagai upaya untuk melakukan intervensi, dengan justifikasi membantu penyelidikan, sebagaimana yang ditawarkan oleh AS, atau bantuan kemanusiaan, sebagaimana yang ditawarkan oleh Australia. Ingat, Pakistan malah kacau balau, dan terus-menerus menghadapi teror bom, justru setelah FBI membuka sejumlah kantornya di Pakistan, dengan justifikasi membantu penyelidikan. Pakistan justru tidak aman. Malah, bom-bom baru terus meledak. Melalui modus pengeboman, masyarakatnya pun diadudomba. Ketika bom meledak di masjid Syi’ah, maka kaum Sunni dituduh sebagai pelakunya, dan begitu sebaliknya. Setelah itu, antara tentara dan ulama’ diadudomba, sehingga mereka dihasut untuk membunuh para ulama’, sebagaimana yang terjadi di masjid Merah, Lembah Suwat, dan kawasan Qabail.
Modus yang sama juga terjadi di Afganistan. Karena itu, ini yang harus diwaspadai oleh pemerintah Indonesia. AS memang telah gagal dalam proyek Perang Melawan Terorisme. Di Irak dan Afganistan, selain harus kehilangan ribuan tentara, miliaran dolar melayang, wajah AS juga buruk di mata dunia. Inilah nasib AS dan sekutunya (termasuk Eropa dan Australia) dalam Perang Melawan Terorisme. Karena itu, AS sekarang mengubah taktik, dengan menggunakan tangan antek-anteknya, sehingga Perang Melawan Terorisme tidak dilakukannya secara langsung, melainkan cukup diwakili oleh antek-anteknya. Tetapi, target melenyapkan musuh politik dan ideologinya sama. Nah, kalau ini yang terjadi, alih-alih keamanan, justru kegoncangan demi kegoncangan yang terjadi, seperti di Pakistan dan Afganistan itu.
Selain itu, setelah kosentrasi AS selama dua periode pemerintahan George W Bush ke dunia Islam, yang justru membuat AS babak belur, sementara itu cengkraman AS di Amerika Latin justru semakin melemah, maka di era Obama, AS kembali ingin mengokohkan cengkramannya di Amerika Latin. Sebagaimana yang tampak dalam kasus kudeta di Honduras, yang diotaki oleh AS. Maka, di dunia Islam, proyek Perang Melawan Terorisme tetap dijalankan, tetapi tidak langsung, melainkan dengan meminjam tangan antek-anteknya. Inilah yang kini dimainkan oleh AS.
Apa juga kaitanya dengan travel warning dari Australia?
Lagu lama dari partner AS, mereka mengidap sindrom yang berlebihan. Bahkan sejak awal kemudian tuduhan-tuduhan mengarah kepada keompok-kelompok Islam. Sementara polisi masih dalam proses penyelidikan dan mengkomparasikan dengan data-data intelijen, belum sampai pada kesimpulan.
Kasus bom kali ini juga bisa dijadikan alasan oleh Australia untuk memainkan kepentingan-kepentingan politiknya di kawasan Asia-Pasifik wabilkhusus relasinya dengan Indonesia dan apalagi kalau ada klaim ada warga negara Australia yang menjadi korban.
Sikap Uni Eropa?
Mereka sama seirama dengan AS dalam menyikapi sekecil apapun isu terorisme. Apalagi isu strategis ini bisa menjadikan dunia harus memilih dan memihak kepada proyek Barat, “melawan terorisme atau bersama kaum terorisme!”. Dalam prespektif ini, kooptasi dengan soft approach oleh Barat untuk negara-negara yang memiliki nilai strategis bagi mereka akan makin mudah dilakukan.
Apakah ini merupakan wujud dari persaingan politik AS -Uni Eropa di Indonesia?
Sejauh ini mereka rival dalam banyak kepentingan politik dan ekonomi. Dan polugri AS serta Uni Eropa masih menempatkan Indonesia sebagai negara yang cukup penting untuk dipegang dengan berbagai sarana dan bahasa. Mulai berbicara tentang isu lingkungan, demokratisasi dunia Islam hingga isu terorisme.
Bom kali ini menunjukkan mereka gagal dalam proyek war on terorism?
Dari segi, bahwa mereka gagal dalam proyek war on terorism ini memang iya. Tetapi, seperti yang dikatakan di atas, kini mereka mengubah taktik, dari perang langsung menjadi perang dengan meminjam tangan. Pertama, isu terorisme ini gagal digunakan sebagai justifikasi polugri untuk menghabisi lawan-lawan politik AS, khususnya Islam. Justru sebaliknya. Kedua, wajah AS dan negara-negara Barat justru semakin buruk di mata umat Islam, demikian juga para penguasa antek mereka. Ketiga, gagasan mengawinkan budaya Islam-Barat juga gagal, termasuk peleburan identitas Muslim di Barat. Sebaliknya, dengan adanya serangan terhadap Islam, mereka justru lebih kuat berpegang kepada identitas keislaman mereka. Jadi, sebenarnya proyek ini gagal total.
Tetapi, ingat mereka memang tidak akan pernah menyerah. Maka, yang harus diwaspadai adalah penyesatan politik dan intelektual. Karena, politik inilah yang justru lebih berbahaya. Sebab, tidak tampak secara kasat mata, dan sangat halus.
Apakah bom tersebut terkait kasus Freeport baru-baru ini?
Memang secara langsung tidak terkait. Tetapi, jika Jakarta, yang nota bene merupakan pusat pemerintahan kacau, khususnya setelah digoncang isu teror, maka kosentrasi aparat keamanan terhadap bahaya sparatisme bisa jadi menurun. Pada saat itu, operasi intelijen asing untuk memanaskan suasana di Papua atau wilayah konflik lainnya dengan mudah bisa dijalankan.
Lantas apa motif bom ini?
Aroma bom saat ini lebih dominan dan sarat aroma politik dibandingkan motif-motif lain. Perhatikan dengan baik statemen seorang presiden RI menyikapi masalah ini, ketika menyampaikan ke publik data-data intelijen yang sebelumnya tidak pernah ada kebiasaan seorang pejabat negera apalagi RI-1 mengungkapkan di hadapan publik, apalagi itu data intelejen yang baru.
AS sejak awal terlihat di belakang SBY, seperti hanya apresisasi Obama atas kemenangan SBY melalui info Quickcount yang terpublis. Bahkan dalam pilpres banyak LSM asing dari AS seperti IFFES telah bekerja untuk KPU dengan banyak memegang data strategis negara.
Apa yang terbaik dilakukan saat ini?
Menyerukan kepada semua pihak, khususnya kepolisian dan media massa, untuk bersikap hati-hati menanggapi spekulasi yang mengaitkan bom JW Marriot dan Ritz Carlton ini dengan kelompok, gerakan atau organisasi Islam. Karena jelas, tindakan ini tidak mewakili Islam atau kepentingan umat Islam. Justru sebaliknya. Selain itu, tindakan ini bertentangan dengan hukum Islam.
Dari sekian kemungkinan, bisa saja peledakan bom itu sengaja dilakukan oleh orang atau kelompok tertentu untuk mengacaukan situasi keamanan di masyarakat dan negara ini demi kepentingan politik mereka sambil mendiskreditkan organisasi Islam dan melakukan rekayasa sistematis serta provokasi keji untuk terus menyudutkan Indonesia sebagai sarang terorisme.
Ingat masyarakat harus sadar, terorisme global yang sangat berbahaya adalah state terrorism seperti yang sekarang diperankan oleh AS, Israel dan sekutunya. []
sumber:
http://hizbut-tahrir.or.id/2009/07/19/harist-abu-ulya-bom-jw-marriot-dan-ritz-carlton-sarat-aroma-politik/

Tidak ada komentar: